-->

Peranan Pers Dalam Memasyarakatkan Koperasi

POTRET PERTANIAN - Oleh : Prasetyo, Belakangan ini Perkembangan koperasi di Indonesia sangat tidak membahagiakan Selama tujuh puluh tiga tahun merdeka, Koperasi yang di gadang-gadang menjadi soko guru perekonomian Indonesia sama sekali tidak menunjukan tajinya. Koperasi yang mempunyai potensi dan peranan yang sangat penting dan strategis dalam mewujudkan tujuan pembangunan ekonomi serta memecahkan masalah ekonomi pada khususnya.

Koperasi yang merupakan badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan, dapat berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat serta mendorong pertumbuhan ekonomi.

Koperasi yang menurut Undang-undang Nomor 25 tahun 1992 ialah bidang usaha yang beranggotakan orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.

Dan tujuan koperasi yaitu mensejahterakan para anggotanya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju.

Namun koperasi saat ini mengalami kemunduran serta mengalami banyak hambatan yang membuat koperasi lambat dalam berkembang, hambatan tersebut berasal baik dari fasilitas koperasi,anggota, masyarakat,pemerintah, lingkungan maupun pengurus koperasi itu sendiri, padahal koperasi ada penunjang perekonomian karena dengan adanya koperasi UKM pun bisa berkembang pesat.

Permasalahan yang dihadapi koperasi pun beragam pada era globalisasi ini dari masalah internal koperasi atau masalah eksternal koperasi,dan bukan hanya itu saja masalah yang dihadapi perkoperasian di Indonesia, masalah permodalan koperasi, dan masalah Re-generasi dalam pengurusan koperasi tersebut.

Karena masalah koperasi sangat luas dan sangat komplek maka diperlukan sebuah ide / pemecahan masalah yang dapat membantu koperasi untuk berkembang, dan apabila tidak segera diatasi maka akan sulit bagi kita untuk menyelesaikan masalah tersebut pada masa mendatang karena masalah dapat berlarut – larut dan dapat berdampak sangat negatif bagi koperasi tersebut.

Perlunya analisis masalah dapat membuka langkah – langkah untuk segera menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan terstuktur dengan baik dan dapat langsung menyelesaikan inti dari masalah itu dengan solusi – solusi yang dapat diterima oleh semua pengurus maupun anggota koperasi tersebut.
Imej koperasi sebagai ekonomi kelas dua masih tertanam dalam benak orang – orang Indonesia sehingga, menjadi sedikit penghambat dalam pengembangan koperasi menjadi unit ekonomi yang lebih besar ,maju dan punya daya saing dengan perusahaan – perusahaan besar.

Perkembangan koperasi di Indonesia yang dimulai dari atas (bottom up) tetapi dari atas (top down),artinya koperasi berkembang di indonesia bukan dari kesadaran masyarakat, tetapi muncul dari dukungan pemerintah yang disosialisasikan ke bawah. Berbeda dengan yang di luar negeri, koperasi terbentuk karena adanya kesadaran masyarakat untuk saling membantu memenuhi kebutuhan dan mensejahterakan yang merupakan tujuan koperasi itu sendiri, sehingga pemerintah tinggal menjadi pendukung dan pelindung saja. Di Indonesia, pemerintah bekerja double selain mendukung juga harus mensosialisasikanya dulu ke bawah sehingga rakyat menjadi mengerti akan manfaat dan tujuan dari koperasi.

Tingkat partisipasi anggota koperasi masih rendah, ini disebabkan sosialisasi yang belum optimal. Masyarakat yang menjadi anggota hanya sebatas tahu koperasi itu hanya untuk melayani konsumen seperti biasa, baik untuk barang konsumsi atau pinjaman. Artinya masyarakat belum tahu esensi dari koperasi itu sendiri, baik dari sistem permodalan maupun sistem kepemilikanya. Mereka belum tahu betul bahwa dalam koperasi konsumen juga berarti pemilik, dan mereka berhak berpartisipasi menyumbang saran demi kemajuan koperasi miliknya serta berhak mengawasi kinerja pengurus.

Keadaan seperti ini tentu sangat rentan terhadap penyelewengan dana oleh pengurus, karena tanpa partisipasi anggota tidak ada kontrol dari anggota nya sendiri terhadap pengurus.

Manajemen koperasi yang belum profesional, ini banyak terjadi di koperasi koperasi yang anggota dan pengurusnya memiliki tingkat pendidikan yang rendah. contohnya banyak terjadi pada KUD yang nota bene di daerah terpencil. Banyak sekali KUD yang bangkrut karena manajemenya kurang profesional baik itu dalam sistem kelola usahanya, dari segi sumberdaya manusianya maupun finansialnya. Banyak terjadi KUD yang hanya menjadi tempat bagi pengurusnya yang korupsi akan dana bantuan dari pemerintah yang banyak mengucur. Karena hal itu, maka KUD banyak dinilai negatif dan disingkat Ketua Untung Duluan.


Kurangnya pemberitaan tentang koperasi didalam media, baik Media Visual, Media Cetak, Media Elektronik yang menagangkat berita-berita positif seperti diungkapkan Heranof Firdaus Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sumabar ketika menjadi narasumber di Pelatihan Perkoperasian Bagi Wartawan Angkatan II di UPTD Balai Diklat Koperasi dan UKM Sumatera Barat 10 sampai 13 April 2018.

Peranan Pers dalam ikut serta menumbuhkan minat dan menyebarkan informasi tentang koperasi sangat dibutuhkan, Adapun peran tersebut yaitu mengangkat kisah sukses sejumlah koperasi dengan mencantumkan kiat-kiatnya dalam mencapai kesuksesan guna merangsang organisasi lain, mengedukasi masyarakat baik dalam sistem manajemen maupun cara membentuk koperasi.

Lalu pers dapat mengkritisi dinas terkait agar tercipta keterbukaan informasi dan pelayanan terhadap masyarakat, sebagai wadah bagi para ahli koperasi untuk berbicara, membuka sumber dana dari perusahaan melalui tanggungjawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR).

Serta menggugah eksekutif dan legislatif untuk memberikan perhatikan lebih terhadap koperasi, membuka forum diskusi di perguruan tinggi, dan mendorong dinas terkait di kabupaten dan kota untuk aktif menyosialisasikan koperasi ke desa – desa.

Ia mengharapkan dengan seringnya pers mengangkat koperasi maka setiap orang berbicara tentang koperasi.

"Dulu orang berbicara memasyarakatkan olahraga, sekarang kita masyarakatkan koperasi," katanya.

Peran tersebut diperlukan karena berdasarkan informasi yang diperoleh saat ini perkembangan koperasi rendah akibat sedikitnya masyarakat yang tidak mengetahui tentang koperasi.

Hal tersebut terjadi karena beberapa faktor mulai dari minimnya informasi, ilmu manajeman dan kejujuran pengurus yang kurang, kesadaran anggota lemah serta rendahnya kepercayaan anggota terhadap pengurus.

Padahal koperasi berpotensi untuk meningkatkan perekonomian masyarakat karena pada awal didirikannya organisasi ekonomi tersebut berujuan untuk menyejahterakan kehidupan anggotanya, ujar dia.

"Kita harus memajukan koperasi karena bapak koperasi adalah orang Sumbar," kata dia.
Demikian lah artikel ini semoga bermanfaat dan salam Bangkit dan Jaya Koperasi Indonesia. (Pras)

0 Response to "Peranan Pers Dalam Memasyarakatkan Koperasi "

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel